
NOVEL SAMI SEGER WARAS
Novel Sami Seger Waras menghadirkan sebuah kisah perjalanan bakti sosial yang menjelma menjadi pengalaman batin tentang persaudaraan sejati. Berangkat dari Jakarta menuju pedalaman Klopoduwur, Blora, rombongan WKPUB bukan sekadar membangun infrastruktur seperti rumah adat, jalan, gorong-gorong, dan sanitasi, tetapi juga membangun jembatan hati bersama komunitas Sedulur Sikep (Suku Samin).
Kekuatan novel ini terletak pada narasi deskriptif yang memadukan fakta perjalanan dengan refleksi kemanusiaan. Dari sambutan hangat dengan salam khas “Sami Seger Waras”, kerja bakti penuh peluh, pengobatan gratis yang menyentuh hati para lansia, hingga perayaan Hari Lahir Pancasila di pendopo desa, semuanya dituturkan dengan hangat dan menyentuh.
Bukan hanya tentang memberi, kisah ini juga menunjukkan bagaimana para relawan justru banyak belajar dari kesederhanaan, kejujuran, dan kearifan lokal Sedulur Sikep. Nilai-nilai Pancasila tampil nyata, bukan dalam slogan atau teori, melainkan dalam gotong royong, persaudaraan, dan doa sederhana untuk kesehatan dan kedamaian bersama.
Secara literer, novel ini bisa dikategorikan sebagai “novel perjalanan” atau “travelogue reflektif” dengan kekhasan: setiap bab menyajikan pengalaman empiris yang diikat dengan makna filosofis dan spiritual. Para pembaca—baik akademisi, aktivis sosial, mahasiswa, maupun masyarakat umum—akan diajak merenungkan kembali arti persaudaraan lintas budaya dan agama di tengah bangsa yang majemuk.
Kelebihan buku ini:
• Menyajikan kisah nyata dengan gaya novel naratif.
• Menghadirkan nilai Pancasila dalam tindakan sederhana sehari-hari.
• Menghubungkan tradisi lokal Sedulur Sikep dengan refleksi kebangsaan.
• Membuka ruang dialog lintas iman dan lintas budaya.
Kesimpulan:
Sami Seger Waras bukan sekadar catatan baksos, tetapi cermin kehidupan tentang bagaimana persaudaraan sejati lahir dari kesederhanaan, gotong royong, dan hati yang terbuka. Sebuah bacaan inspiratif bagi siapa pun yang merindukan Indonesia yang lebih manusiawi dan bersaudara.