
Kronologi dan Jejak Langkah WKPUB
Wadah Komunikasi dan Pelayanan Umat Bersama (WKPUB) lahir dari semangat kebersamaan lintas iman, berakar pada pengalaman pasca kerusuhan sosial 1998. Dari doa lintas iman, perjumpaan sederhana, hingga pengesahan resmi pada 2023, WKPUB terus berkembang.
Awal Mula: Dari Luka Bangsa ke Semangat Persaudaraan
Lahirnya Wadah Komunikasi dan Pelayanan Umat Bersama (WKPUB) tidak dapat dilepaskan dari situasi bangsa pada akhir dekade 1990-an. Konflik sosial yang melanda berbagai daerah—Ambon, Poso, hingga kerusuhan di ibu kota pada 1998—meninggalkan trauma mendalam sekaligus mengguncang persatuan bangsa. Luka sosial akibat isu SARA, kemiskinan, dan ketidakadilan menumbuhkan keprihatinan yang sama di hati sejumlah tokoh lintas agama dan budaya.
Dalam suasana itulah, beberapa tokoh berkumpul, antara lain Pdt. Ferdinand Suleeman, Pnt. Satriyo Uetoro (alm.), Romo Riyanto, Sang Ketut Jaya (alm.), Ust. Ali Kohar, Bp. Purba (alm.), dan komunitas lintas iman lainnya. Mereka merasakan kerinduan untuk menghadirkan wadah persaudaraan sejati yang melampaui sekat-sekat agama dan budaya. Pertemuan itu menegaskan dorongan kuat: membangun paguyuban yang mampu menjembatani perbedaan, merawat kebinekaan, dan menghadirkan pelayanan nyata bagi masyarakat.
Perjalanan Awal: Doa, Dialog, dan Kepedulian Sosial
Pada awal 2000-an, WKPUB mulai dikenal lewat kegiatan doa bersama lintas iman, kunjungan rumah ibadah, serta perjumpaan sederhana yang memupuk silaturahmi. Momentum penting tercatat pada Doa Bersama dan Syukur Awal Tahun 2014 di GKP Rehobot, Jatinegara, yang menandai kebangkitan semangat kolektif WKPUB sebagai wadah komunikasi dan pelayanan bersama.
Setahun kemudian, pada 2014 di Gereja Katolik St. Anna, Duren Sawit, WKPUB menyelenggarakan Musyawarah Kerja (MUKER) untuk menyusun program 2015–2019. Dari forum inilah arah kerja WKPUB semakin jelas: bukan hanya berdialog, tetapi juga bergerak nyata dalam pelayanan sosial, kesehatan, pendidikan, dan pembinaan nilai kebangsaan.
Akar di Masyarakat: AISA dan Kepedulian Akar Rumput
Salah satu tonggak karya WKPUB adalah lahirnya program AISA (Anak Indonesia Sehat) pada 2010 di Jakarta Timur. Program ini hadir sebagai respons atas masalah gizi buruk dan stunting di kalangan balita. Melalui kerja sama dengan Posyandu, puskesmas, serta RT dan RW setempat, WKPUB menjangkau enam kecamatan di Jakarta Timur. Setiap bulan, kader dan relawan hadir untuk memberikan pemeriksaan kesehatan, penyuluhan, hingga pemberian makanan tambahan. AISA menjadi bukti nyata bahwa pelayanan WKPUB bukan sekadar wacana, melainkan tindakan nyata yang menyentuh masyarakat kecil.
Menjangkau Komunitas Adat: Baduy dan Samin
WKPUB juga menjadikan pelayanan lintas batas geografis dan budaya sebagai bagian dari panggilan. Pada 2009 dan 2017, WKPUB hadir di tengah masyarakat Baduy, Lebak, Banten, membawa bantuan sosial ketika kebakaran melanda permukiman. Dalam kunjungan itu, WKPUB bukan hanya menyalurkan bantuan, melainkan juga merajut silaturahmi dan menunjukkan kepedulian lintas komunitas.
Dua dekade kemudian, WKPUB menegaskan kembali panggilannya dengan Baksos bersama Suku Samin (Sedulur Sikep) di Klopoduwur, Blora, Jawa Tengah, bertepatan dengan Hari Lahir Pancasila, 1 Juni 2025. Kegiatan ini meliputi:
- renovasi rumah adat dan perbaikan sanitasi,
- pembangunan gorong-gorong dan pengerasan jalan,
- pengobatan gratis untuk 96 warga,
- penyerahan bantuan bibit pohon, pakaian, dan simbolis ternak kambing,
- serta doa lintas iman dan penandatanganan prasasti di Tugu Klopoduwur.
Melalui kegiatan ini, WKPUB disambut hangat sebagai Sedulur Sikep, saudara sebangsa yang hadir untuk membangun kerukunan sejati. Kegiatan di Baduy dan Samin menegaskan identitas WKPUB sebagai organisasi yang merangkul keberagaman, menguatkan komunitas adat, dan menghidupi nilai Pancasila dalam tindakan nyata.
Lintas Iman dan Kebangsaan: Ruang Perjumpaan yang Hidup
Selain pelayanan sosial, WKPUB konsisten menghadirkan ruang perjumpaan lintas iman. Setiap tahun, WKPUB menyelenggarakan buka puasa bersama, halal bihalal lintas agama, serta doa syukur awal tahun. Pada momen kebangsaan, WKPUB juga hadir: misalnya pernyataan sikap di Waduk Ria Rio pada Hari Lahir Pancasila, atau keterlibatan dalam perayaan Hari Toleransi Internasional bersama mitra lintas komunitas.
Dalam bidang kebangsaan dan keamanan, WKPUB berkolaborasi dengan BNPT dalam melawan hoaks dan terorisme, serta dengan BNN dalam program relawan anti-narkoba. WKPUB juga membangun kemitraan dengan Kementerian Desa dan komunitas lokal untuk menguatkan pelayanan sosial.
Pengesahan Hukum: Dari Gerakan ke Organisasi Resmi
Seiring dengan kiprahnya, WKPUB menempuh jalur legal formal. Pada 13 Desember 2023, lahirlah Akta Pendirian WKPUB di hadapan Notaris Sabat Sinunganagkit, S.H., M.Kn. Tak lama kemudian, melalui Keputusan Menteri Hukum dan HAM Nomor AHU-0164176.AH.01.07.Tahun 2023 tanggal 21 Desember 2023, WKPUB resmi diakui sebagai badan hukum. Legalitas ini diperkuat dengan penerbitan Nomor Induk Berusaha (NIB) 0412048048224 pada 4 Januari 2024 serta NPWP 99.532.742.6-003.000 pada 27 Desember 2023.
Dengan legitimasi hukum tersebut, WKPUB tidak hanya hadir sebagai gerakan moral, tetapi juga sebagai organisasi resmi yang sah di mata negara, sekaligus mitra strategis dalam membangun kerukunan, keadilan sosial, dan persaudaraan kebangsaan.
Jejak Langkah: Dari Masa Lalu Menuju Harapan
Sejarah WKPUB adalah sejarah tentang keberanian merajut perbedaan. Dari luka konflik 1998, doa lintas iman, program gizi anak, baksos ke komunitas adat, hingga legalisasi badan hukum, WKPUB menapaki perjalanan panjang menuju pelayanan yang lebih luas.
Jejak langkah ini memperlihatkan wajah WKPUB sebagai organisasi yang lahir dari nurani, tumbuh bersama masyarakat, dan kini siap menjadi mitra strategis bangsa untuk memperkuat harmoni sosial di Indonesia.